Ballon d’Or, Penghargaan Pemain Terbaik FIFA, kredibilitas dan kontroversinya
Sepak
bola, adalah permainan sebuah olahraga beregu 11 pemain melawan 11 pemain lainnya. Sebuah tim sepakbola memerlukan sebuah kerjasama ( team work) dari sebelas pemain di lapangan demi memenangkan sebuah pertandingan. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa harus ada satu pemain diantara 10 pemain di sebuah kesebelasan, di sebuah olahraga yang notabene adalah beregu?
Ballon d'Or 2014 |
Memang di dalam sepakbola jika tidak ada gocekan indah ala Leonel Messi, Cristiano Ronaldo atau Neymar dan lainnya akan terasa kering permainan sepakbola tersebut. Tetapi apakah fair jika menempatkan hanya seorang pemain menjadi yang terbaik, padahal di lapangan dia memerlukan bantuan kerjasama dari rekan se team-nya? Menurut anda itu kurang fair kan?
Cuma Produk Dari Kegiatan Pemasaran ?
Ballon
d'Or penghargaan dimulai oleh majalah, Perancis Football pada tahun 1956, di
nilai hanya sebagai apresiasi para pengamat dan pelaku sepakbola tentang
ketrampilan seorang pemain. Dan itu tentunya subyektif sekali. Sebuah acara selebrasi
itu menjadi sebuah acara rutin belaka, acara penasbihan Pemain Terbaik Dunia FIFA dan makin kehilangan nilainya.
Dalam
era kapitalis sekarang ini, semua hal telah menjadi ladang untuk dikomersilkan,
dan itu mengundang perdebatan penikmat sepakbola di seluruh dunia, misalnya di
dunia maya. Contoh konkret bagaimana bisa seorang Cristiano Ronaldo bisa muncul
menjadi pemain terbaik dunia FIFA 2014 jika hanya meraih juara Liga Champion
saja. Sedangkan di La Liga, kesebelasan pemain tersebut Real Madrid tidak
juara, dan bahkan di Piala Dunia, Portugal jeblok, bahkan masuk Piala Dunia
dengan tertatih-tatih.
Jika ukurannya juara tentunya para pemain Bayern Munchen
yang juga pemain nasional Jerman lah yang layak mendapatkan gelar tersebut.
Kenapa? Karena pemain timnas Jerman yang berasal dari klub Bayern Munchen di
tahun lalu meraih Juara Piala Dunia, Juara Bundesliga, Juara Piala Jerman,
Juara Super Eropa, dan Juara Antar Klub Dunia. Apa kurangnya mereka untuk
menjadi pemenang pemain terbaik Dunia FIFA. Masa hanya kalah dari seorang pemain
yang Cuma juara Liga Champion saja. Sebuah pertanyaan besar yang harus di
jawab.
Memang
sepakbola sebagai olahrga yang paling popular di muka bumi ini melibatkan
begitu banyak uang di dalamnya, aktifitas transfer pemain, berbagai sponsor
olahraga, bahkan promosi klub ke semua pendukungnya yang ada di segala penjuru dunia telah menjadi sebuah produk kapitalis.
Mungkin kegiatan penghargaan ini adalah untuk menjawan hal tersebut diatas.
Tentunya ini adalah hal yang konyol, jika itu datang dari olahraga yang secara
permainan membutuhkan kerjasama team.
Tidak jelas menilai parameter
Kritik
tentang penghargaan bola emas, Ballon d’Or tidak hanya berhenti di situ. Masalah
tidak ada parameter yang jelas dalam untuk penentuan pemilihan pemenang. Apakah
didasarkan semata-mata terhadap kinerja pemain secara individu ? Ataukah
parameternya prestasi klub atau tim negara yang dibelanya masuk kedalam pertimbangan kriteria pemenang ?
ini memunculkan perdebatan besar diantara kalangan praktisi dan pengamat
sepakbola internasional dan berlangsung terus sampai sekarang.
Banyak
keraguan atas penetapan pemenang, apakah memang ia benar-benar layak menyandang
sebagai pemain terbaik di periode tahun tersebut. Beberapa contoh kasus meragukan,selain
Cristiano Ronaldo yang memenangkan Ballon d’Or 2014, adalah Leonel Messi pemenang
Ballon d’Or 2010.
Ketika
itu Messi meraih gelar itu dengan mengalahkan Wesley Sneijder, padahal di tahun
tersebut Wesley Sneijder dengan klubnya Inter Milan berhasil meraih treble winner, juara Liga Champion,
Juara Serie A, juara Coppa Italia. Sedangkan Leonel Messi, Barcelona, hanya
juara La Liga semata dan ia mencetak 47 gol di musim itu.
Di
sisi lain Wesley Sneijder mungkin tidak mencetak gol, tetapi dia adalah pemain
penting dalam memimpin Inter Milan berjaya di Liga Champions, dia juga pemain
inti ketika Belanda melaju sampai final Piala Dunia di Afrika Selatan. Hasilnya
tetap saja Leonel Messi yang meraih gelar itu dengan selisih skor yang telak.
Meragukan kan?
Harus menjadi Topskor Untuk Memenangkannya ?
Kenyataan
pahitnya adalah para pencetak gol lebih mendapatkan apresiasi tinggi, padahal
gol kebanyakan adalah hasil dari sebuah kerjasama team. Efeknya adalah para
penggedor gawang lawan lebih sering memenangi perhargaan Ballon d’Or dibandingkan
dengan pemain belakan apalagi seorang kiper handal.
Dari awal penyelanggaraan sampai sekarang
tercatat Cuma sedikit pemain belakang yang berhasil memenangkannya, seperti Franz
Beckenbauer, Fabio Cannavaro, Matthias Sammer. Sedangkan untuk kiper baru Lev
Yashin yang bisa meraih gelar ini. Kenyataan itu di beberapa tahun belakangan
ini Ballon d’Or seperti hanya ajang perebutan antara dua penggedor handal saja yaitu
Leonel Messi dan Cristiano Ronaldo. Dan seolah menafikan pemain sepakbola
lainnya.
No comments
Post a Comment