J-League, Liga Sepakbola Jepang Pemasok Pemain Ke Liga Eropa
Liga Dengan Umur Muda Kualitas Prima
Jepang dulunya
termasuk dari sedikit Negara yang tidak menempatkan sepakbola sebagai olahraga
favorit. Kalau Amerika Serikat dan Filipina menggandrungi basket, India
menggandrungi kriket, masyarakat Jepang sangat menggandrungi sumo. Para pecinta
sepakbola di Jepang menggunakan banyak upaya supaya sepakbola menjadi olahraga
yang di gemari kaum muda di sana. Mulai dari pembikinan kartun yang bernuansa
sepakbola, Captain Tsubasa,
sampai mendatangkan pemain sepakbola asing, dan yang paling utama adalah
mereformasi managemen liga sepakbola di Jepang.
Kita pasti tahu
bahwa jaman dulu Jepang bukanlah apa-apa di dunia sepakbola, bahkan Filipina
waktu di perkuat Paulino Alcantara pernah membantai tim nasional Jepang dengan
skor gila, 15-2 ketika bermain di Tokyo. Itu menggambarkan bahwa Jepang waktu
itu belum serius mengelola olahraga sepakbola. Itu dulu, jaman sekarang akan
berbeda ceritanya. J-League adalah liga sepakbola paling elit di Jepang, dan
satu-satunya liga yang di beri nilai A oleh AFC.
Hidetoshi Nakata Mantan Pemain AS Roma |
Sebelum tahun 1992,
liga sepakbola Jepang bernama Japan Soccer League (JSL), sebuah liga yang
terdiri dari klub-klub amatir. Pada tahun 80-an JSL mengalami penurunan, baik
dari sepinya penonton maupun kurangnya kualitas permainan klub-klub yang
berlaga. Kemudian untuk membangkitkan animo sepakbola masyarakat Jepang, PSSI-nya
Jepang (JFA) memutuskan untuk membentuk liga profesional.
Kemudian pada tahun
1992 terbentuklah liga professional yang diberi nama J-League. Awalnya yang ikut
berkompetisi hanya ada sepuluh klub sepakbola. Dan dibutuhkan setahun untuk
menggodok format kompetisi yang dianggap bagus. Kompetisi pertama di laksanakan
pada bulan Mei tahun 1993. Sukses menyelenggarakan kompetisi dalam tigatahun
pertama, pada tahun 1996 liga Jepang mengalami penurunan lagi, penonton yang
datang ke stadion merosot menjadi rata-rata 10 ribuan orang yang datang, sangat
sedikit jika di bandingkan dengan tahun 1994 dimana rata-rata suporter yang
datang ke stadion sebanyak 19 ribuan suporter.
Pada tahun 1999
sampai 2004, diadakan perubahan format kompetisi dan perbaikan infrastruktur. Dengan
dua buah solusi. Pertama,
memutuskan visi J League dalam 100 tahun kedepan, dimana mereka mentargetkan
akan membuat 100 klub professional sampai dengan tahun 2029. PSSI-nya Jepang
(JFA) mendorong klub untuk mempromosikan sepakbola, mengadakan kegiatan amal
kesehatan, membina hubungan dengan warga yang ada di wilayahnya sampai
ketingkat yang paling bawah dan untuk mencari sponsor lokal buat klub tersebut.
Yang nantinya diharapkan timbul sebuah ikatan yang kuat karena faktor
kedaerahan. Jadi basis klub adalah mengandalkan potensi yang ada di masyarakat
setempat, bukan mengandalkan sponsor nasional. Kedua, perbaikan
infrastruktur, dengan membentuk liga divisi 1 yang terdiri dari 16 klub yang
diberi nama J-League Divisi 1, dan membentuk liga divisi 2 yang terdiri dari 10
klub yang dinamakan J-League Divisi 2. Pada tahun 2004 J1 dibagi menjadi dua wilayah dimana
masing-masing juara akan bertemu, dan meniadakan sistem degradasi. Sejak
tahun 2005, J-League Divisi 1 terdiri dari 18 klub dengan format mirip dengan
kompetisi di Eropa, dengan 2 peringkat terbawah akan terdegradasi. Dan peringkat
3 terbawah akan menjalani play off dengan peringkat ketiga divisi 2.
Pada fase modern (2009-2014) ada tiga
perubahan besar, 1) Empat tim teratas berhak mengikuti piala champion Asia. 2) Jumlah
klub yang terdegradasi menjadi tiga klub terbawah. 3) Setiap klub boleh memiliki
empat pemain asing, yang salah satu diantaranya harus dari negara Asia.
Prestasi Sepakbola Jepang
Hasil dari input yang baik di liga
Jepang menghasilkan output yang baik juga, tercatat beberapa klub J-League menjadi
juara antar klub Asia seperti klub Urawa Red Diamon juara Asia tahun 2007,
Gamba Osaka juara Asia tahun 2008 dan Jubilo Iwata juara Asia musim 1998-99.
Sementara tim nasional Jepang menjadi
kekuatan papan atas Asia, dengan prestasi beberapa kali menjadi juara Piala
Asia sebanyak empat kali di tahun 1992, 2000, 2004 dan 2011. Sementara itu
untuk pemain asli Jepang sekarang banyak yang bermain di kompetisi Eropa dengan
memperkuat beberapa klub elit di benua biru, seperti Kagawa di Borussia
Dortmund (Jerman), Honda di AC Milan dan Nagamoto di Inter Milan, Italia.
Dan hebatnya sekarang liga Jepang sudah di siarkan di beberapa negara seperti Thailand, Malaysia, Hongkong, Vietnam, Amerika Serikat, Brasil, Filipina dan lainnya. Sebuah renungan untuk PSSI kita, kapan
bisa menyusul prestasi yang di torehkan liga sepakbola Jepang? Tidak usah mimpi
kejauhan mau jadi macan Asia, apalagi Macan Dunia, minimal jadi macan Asia
Tenggara dulu.
No comments
Post a Comment